Senin, 06 November 2017

Sang Pengantin : 1. Malam Pertama

Hari ini, aku dan suamiku, Mas Bayu telah sah menikah. Perkenalakan aku Ayu umurku 23 tahun. Ya mungkin banyak orang yang  bilang, aku terlalu muda untuk menikah. Tapi bagiku itu tak masalah J. Suamiku, Mas Bayu usianya menginjak 27 tahun. Kami pertama bertemu lima tahun lalu, dan pada tahun ke-7 ini, dia melamarku dan dalam waktu satu bulan kami menggelar pernikahan kami dengan sederhana, hanya saudara dekat dan tetangga kanan kiri rumah yang kami undang untuk menyaksikan ijab qobul pernikahan kami. Hanya sebulan setelah perkenalan pertama kami, dia memintaku menjadi kekasihnya. Meskipun kami “pacaran” lama, tapi aku dan dia punya komitmen yang sama, aku masih perawan sampai sekarang dan dia juga masih perjaka sampai hari ini. 
Selama pacaran aku dan dia tidak pernah macam-macam. Yaaahhh ga katro banget kaya yang gimanaaa, paling kami hanya pelukan, cium pipi, ciuman bibir ga sering sii, tapi iya J jadi malu. Mas Bayu bekerja sebagai seorang arsitek di sebuah perusahaan multinasional, sedangkan aku sendiri baru saja menamatkan S1 ku. Namun, mas Bayu tak menginginkanku bekerja, jadi mulai sekarang aku menjadi seorang ibu rumah tangga, yang akan mengurus semua kebutuhan suamiku, dan mengurus anak-anak kami nanti.
Acara resepsi sudah selesai dan tamu-tamu sudah pulang. Aku dan suami langsung menempati apartement baru kami, kado pernikahan dari kedua orang tua kami. Setelah mamah papah pulang, aku dan mas Bayu sama-sama kikuk. Aku merasa wajahku panas seperti terbakar, dan bisa ku tebak wajahku memerah. Mas Bayu mendekatkan bibirnya ketelingaku, “wajahmu memerah”, ucapnya yang membuat wajahku makin memerah. Mas Bayu menggenggam tangan ku, mencium leher ku. “sini, mas bantu buka konde mu itu” kata Mas Bayu. Aku menurut saja segera ku menuju meja rias di kamar pengantin kami. Aku duduk, menatap Mas Bayu lewat pantulan dicermin. Perlahan Mas Bayu melepas segala pernak-pernik yang ada di kepalaku. “dek, mas udah ga sabar ingin menyatukan raga kita dalam kenikmatan”. Katanya. “iihhh mas,,sabar dong kondeku saja belum terbuka”,jawabku pelan. ”wajahmu makin memerah,,ingin langsung ku ciumi”, kata Mas Bayu sambil mengelus wajahku yang mulai bersih dari make up tebal yang ku pakai.
“Cantikan ga pakai make up kamu dek, I Love You”, katanya memuji ku. Sambil menempelkan kemaluannya ke punggungku. Aku merasakan tonjolan panjang dan keras. Aku merasa merinding, namun kemaluanku seakan menyambutnya. Kemaluanku basah, jantungku berdebar-debar. Kupercepat menghapus make up, dan ku merasakan Mas Bayu pun mempercepat melepas konde dan segala pernak pernik yang ada di kepalaku. Selesai sudah aku menghapus make up dan Mas Bayu pun sudah selese melepas kondeku. Tanpa sadar aku langsung berdiri, berbalik dan mencium bibir Mas Bayu. Mas Bayu membalas ciumanku dengan panas, ciuman bibir terpanas yang pernah kami lakukan. Mas Bayu menempelkan kemaluannya yang keras ke bagian bawah ku. Aku bisa merasakan kemaluan itu di perutku. Ku remas kepala bagian belakang Mas Bayu, sedangkan Mas Bayu meremas pantat ku. Dengan tak sabar Mas Bayu membuka kebaya ku. Sedangkan aku membuka celana yang digunakan Mas Bayu. Langsung kubuka dengan celana dalam yang digunakan Mas Bayu dengan sekali tarik. Kemaluan Mas Bayu langsung mencuat keluar dengan gagahnya. Tak sabar, langsung ku tangkap kemaluan yang sudah ku tunggu sejak lama. Ukuran kemaluan yang lumayan besar, 20 cm dengan diameter sekitar 5-7 cm. Kemaluanku makin basah, tanpa sadar Mas Bayu sudah menelanjangiku. “iihhh adek ga pake CD, udah siap mas coblos ya?”, tanya Mas Bayu. Aku memang sengaja tak menggunakan CD. Ku akui aku sudah sangat gatal ingin di gauli sama Mas Bayu. “adek sudah gatal mas, pengen di kenthu”, jawabku tanpa rasa malu sedikitpun. Mas Bayu langsung meraba kemaluanku dengan jari telunjuk dan jari tengahnya. Dirabanya klistorisku yang sudah mengeras, nikmat bercampur geli kurasakan. Dan tanpa sadar aku mendesah-desah. Tanganku sendiri masih sibuk mengelus kemaluan Mas Bayu dan meremas buah zakar yang terasa penuh. Ku bayangkan betapa panasnya kemaluanku disiram sperma yang tersimpan di buah zakarnya itu. Semakin aku membayangkan semakin terangsang diriku. Mas Bayu mengangkat ku ke tempat tidur yang penuh dengan taburan kelopak dan bunga mawar merah kesukaanku. Ranjang pengantin yang harum dan menambah rangsangan birahi kami. Mas Bayu terus menggosok klistrorisku, makin cepat dan membuatku tersengal-sengal “aaahhh aahhh masss rasanya adek mau keluar” ucapku kepada Mas Bayu ku tercinta. ”keluarkan sayang, jangan tegang, mas pengen liat wajahmu saat menuju puncak kenikmatan dunia ini” jawab Mas Bayu. Tangan Mas Bayu makin bergerilia dikemaluanku, aku bisa mendengar suara becek yang amat sangat dikemaluanku. ”aaaarrgggg aaaahhhh maaassss aku keluar”, desahku yang tak bisa membendung kenikmatan yang Mas Bayu berikan. “kamu makin cantik dek, klo lagi orgams”, ujar Mas Bayu.
Tanpa memberiku jeda istirahat Mas Bayu menaiki tubuhku. Menggesek kemaluannya yang tegang ke kemaluanku sambil menciumi ku. Kepala kemaluannya menekan dan menggesek klistorisku. Linu bercampur nikmat, itulah yang kurasakan. “Mas masukin sekarang ya dek, tahan ya..”, ucapnya sambil menuntun kemaluannya yang besar dan keras menuju lubang kenikmatan yang hanya kupersembahkan untuknya. Aku hanya mengangguk kecil, aku merasakan kepala kemaluannya tepat didepan lubang kemaluanku. Mas Bayu menekan dengan pelan. Perih, itu yang kurasakan sekarang. Tanpa kesulitan yang berarti karena kemaluanku sudah sangat licin, kepala kemaluannya sudah menembus lubang kenikmatanku. Kuteteskan air mata ku. Dengan sigap Mas Bayu menjilat air mata ku, mencium leherku dan menggumamkan kata-kata manisnya “sabar sayang, bentar lagi bakalan nikamat, lebih nikmat dari jariku yang tadi mmmuuuaaacchhhh” , kata Mas Bayu sambil terus menekan kemaluannya. Bleeesssss kurasakan rasa yang sangat perih di kemaluanku, dan kurasakan juga kemaluan Mas Bayu yang keras mengganjal di kemaluanku. Aku pun merasakan ada cairan yang sedikit hangat merembes keluar, aku sadar itu adalah darah keperawananku. Aku tersenyum merasakan itu semua, rasa yang sangat campur aduk yang mendatangkan kenikmatan dengan sendirinya.
Mas Bayu berdiam diri “ngilu sayang kemaluanku, bentar lagi mas genjot”, itu yang dibisikannya aku hanya bisa mengangguk. Perlahan aku merasakan Mas Bayu menggerakan kemaluannya. Gerakan pelan yang makin cepat. “aahhh aaahhhh enak masss, terusin mas aaahhhh”, desahku tanpa sadar. “kemaluanmu enak banget dek,,bakalan betah mas dirumah”, ujar Mas Bayu. Benar kata orang, kenthu adalah surga dunia. Ku merasakan kenikmatan yang amat sangat dalam tubuhku. Desahan dan leguhan kami saling saut menyaut. Benar-benar nikmat dunia. Keringat kami membasahi sprei yang sudah acak-acakan. Gerakan kami yang makin menggila seakan-akan akan merobohkan ranjang pengantin kami. Keringat kami semakin membasahi kasur pengantin kami. Suara kemaluan yang saling beradu semakin jelas terdengar. Kemaluanku kurasakan semakin basah. Hilang sudah rasa perih pada kemaluanku, hanya kenikmatan saja yang kurasakan pada kemaluanku. Mas Bayu mulai terengah-engah gerakannya semakin cepat. Aku pun mengimbangi setiap gerakannya. Aku merasa hendak mencapai puncak kenikmatan untuk kedua kalinya. “Mas,,aku mau nyampe lagi mas...”, bisikku ke telinga Mas Bayu dengan tersengal-sengal. “Mas juga mau nyampe, bareng yaa”, jawabnya. Mas Bayu mencium bibirku dengan ganasnya. Tak kuasa ku menahan kenikmatan ini. Mas Bayu memberi kode untuk melepaskan kenikmatan yang masih tertahan. Kami berdua saling mendesah melepas segala sesuatu yang tertahan di dalam jiwa.
Kurasakan sperma yang menyembur kuat dari kemaluan Mas Bayu. Terasa begitu deras, tak dapat kuhitung berapa kali kemaluan Mas Bayu memuntahkan isinya. Denyutan kemaluan Mas Bayu begitu terasa. “Kemaluanmu seakan-akan mengunyah milikku dek”, ucap Mas Bayu. Kata-kata Mas Bayu membuatku bangga. Ya, istri mana yang tak bangga saat mengetahui suami tercintanya merasakan kepuasan batiniah saat berhubungan intim. Aku tak menjawab Mas Bayu, aku hanya bisa tersenyum dan mencium bibirnya dengan ringan. Percintaan pertama kami yang sempurna. Dengan kenikmatan yang tak terkira. “Ploop” suara kemaluan Mas Bayu yang keluar dengan sendirinya dari kemaluanku, kami hanya tertawa ringan saat mendengar itu. Setelah kemaluan Mas Bayu keluar kurasakan banyak sekali cairan hangat yang keluar dari lubang kemaluanku. Mas Bayu merebahkan tubuhnya di sampingku, nampak kepuasan tergambar pada wajahny. Kupeluk suamiku tercinta, dan diapun membalasan pelukanku. “Terima kasih sayang”, ucap Mas Bayu, aku hanya mengangguk. Badanku terasa sangat lelah, namun aku tak menampik semua kenikmatan yang datang kepadaku. Tak tahu siapa yang tertidur duluan, kami tertidur tanpa busana dan saling berpelukan.
Aku terbangun saat mendengar suara gemericik air, ah ternyata Mas Bayu bangun terlebih dahulu dan sedang mandi sekarang. Ku susul suamiku itu ke kamar mandi. Terlihat punggung suamiku tanpa selembar benangpun. Ku peluk Mas Bayu dari belakang, ku cium punggungnya. Tak lupa ku raba kemaluannya. Tak ku sangka kemaluannya berdiri dengan kerasnya. Mas Bayu berbalik lalu menciumku. Ciuman yang terasa aneh karena dibawah aliran air shower kamar mandi kami. Kami pun mengulangi sebuah kerja sama yang sangat kompak dalam meraih kenikmatan demi kenikmatan.
Tak terasa hampir satu jam kami beradu asyik di kamar mandi. Kami menyudahi permainan dengan mandi bersama. Saling menyabuni tubuh satu sama lainnya. Senja pun berganti malam, dengan perasaan senang dan bahagia yang mungkin saja terpancar dari aura wajah kami. Aku dan Mas Bayu keluar apartement untuk mencari makan malam. Ya, kami terlalu sibuk meraih kenikmatan batiniah sampai lupa kalau tidak ada makanan apapun di apartement kami, hanya air putih saja yang ada di dalam kulkas apartement kami.

Berjalan santai mengitari sekitar apartement, akhirnya kami putuskan untuk makan lesehan dipinggir jalan. Kami memang suka makan lesehan di pinggir jalan dari awal ketemu dulu. Setelah memesan makanan, kami memilih duduk dibarisan depan warung lesehan itu, sambil melihat hilir mudik kendaraan yang ada. Kami bercengkrama mengenang masa pacaran dulu. Setelah makan malam, kami kembali ke apartement, sebelumnya kami mampir ke sebuah minimarket untuk membeli beberapa bahan makanan dan kebutuhan lainnya. Akhirnya kami tutup hari indah nan penuh kenikmatan ini dengan tidur nyenyak berpelukan. Semoga hari-hari selanjutnya akan semakin indah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sang Pengantin : 1. Malam Pertama

Hari ini, aku dan suamiku, Mas Bayu telah sah menikah. Perkenalakan aku Ayu umurku 23 tahun. Ya mungkin banyak orang yang  bilang, aku terl...